Sabtu, 10 Mei 2014

IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT)

Pengertian IVA

IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009)

IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).

Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions) dengan sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif (positive predective value) dan nilai prediksi negatif (negative predective value) masing-masing antara 10-20% dan 92-97% (Wijaya Delia, 2010).

Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining alternatife dari pap smear karena biasanya murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan sederhana serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter ginekologi.

Pada pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat serviks yang telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah serviks diulas dengan asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau abnormal. Dibutuhkan waktu satu sampai dua menit untuk dapat melihat perubahan-perubahan pada jaringan epitel.

Serviks yang diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan 3%. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian asam asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah homogen) dan bercak putih (displasia) (Novel S Sinta,dkk,2010). 

Tujuan IVA
Mengetahui cara penanganan deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA.

Kategori Pemeriksaan IVA
Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
1.IVA negatif = Serviks normal.
2.IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).
3.IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ).
4.IVA-Kanker serviks
Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA)

Alat dan Bahan Pelaksanaan skrining IVA

Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA,
dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut:
-Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
-Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi.
-Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
-Spekulum vagina
-Asam asetat (3-5%)
-Swab-lidi berkapas
-Sarung tangan

Penatalaksanaan
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%. Jika tidak ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negatif.

Sebaliknya, jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka dinyatkan positif lesi atau kelainan pra kanker.

Namun jika masih tahap lesi, pengobatannya cukup mudah. Bisa langsung diobati dengan metode krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher rahim.
Sensitivitasnya lebih dari 90 % dan spesifitasinya sekitar 40 %. Dengan metode diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut.
Kalau dari hasil tes IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari adanya perubahan warna dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker yang disebabkan human papilloma virus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.

 Faktor yang diasumsikan berhubungan dengan perilaku deteksi dini kanker servik Metode IVA

·         Umur

Umur individu terhitung mulai saat dilahitkan sampai berulang tahun. semakin cukup umur, tingkat kematan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Kanker leher rahim dapat terjadi pada usia mulai 18 taun. Pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim di Indonesia dianjurkan bagi semua perempuan berusia 30-0 tahun kasus kejadian kanker leher rahim palig tinggi terjadi pada usia 40 dan 50 tahun, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana lesi pra kanker lebih mungkin terdeteksi, yaitu biasanya sampai 20 tahun lebih awal (Depkes RI, 2009).

·         Pendidikan

Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga ia dapat mencapai sosial dan mengembangkan kepribadiannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula menerima pengetahuan yang dimilikinya, dan jika tingkat pendidikan rendah, maka akan menghambat perkembangan perilaku seseorang terhadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai yang diperkenalkan. Seperti menurut Purba, EVI M, dalam peneliiannya tahun 2011 bahwa ibu yang mempunyai pendidikan tinggi lebih banyak yang melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim yaitu sebanyak 65,3%.

·         Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan diri dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan akan mempengaruhi tingkat ekonomi seseorang. tingkat sosial yang terlalu rendah akan mempengaruhi individu menjadi tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuha-kebutuhan lain yang lebih mendesa (Nursalam, 2008). Hasil penelitian Hidayati (2001) menyebutkan bahwa kanker leher rahim berhubngan dengan pekerjaan, dimana bila dibandingkan dengan wanita pekerja ringan atau pekerja di kantor (sosial ekonomi menengah ke atas), wanita pekerja kasar, seperti buruh dan petani (sosial ekonomi rendah) mempunyai resiko 4 kali lebih tinggi.

·         Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan tentang deteksi dini kanker leher rahim penting diketahui oleh masyarakat khususnya wanita untuk meningkatkan kesadaran dan merangsang terbentuknya perilaku kesehatan yang diharapkan dalam hal ini perilaku deteksi dini kanker leher rahim. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Sakanti, Anggiasih 2007 bahwa orang yang berpengetahuan baik, sebanyak 85,71% melakukan pemeriksaan pap smear.

·         Status Perkawinan

Status perkawinan adalah status dimana seseorang terikat atau tidak terikat dalam suatu perkawinan. Menikah adalah status seseorang yang terikat dalam perkawinan, baik tinggal bersama maupun terpisah, termasuk di dalamnya mereka yang kawin syah secara hokum (hokum adat, agama, negara, dsb) maupun mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami istri. Tidak menikah adalah status seseorang yang tidak terikat dalam suatu pernikahan. Status perkawinan sangat erat kaitannya dengan dukungan dari pasangan atau anggotra keluarga dalam proses pemeriksaan atau pengobatan suatu penyakit. Perhatian dan kasih sayang sangat dibutuhkan dalam menumbuh kembangkan seorang manusia kearah yang lebih sehat dan cerdas dan berpotensi.

·         Sikap

Sikap adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. Selain sesatu itu biasa benda, kejadian, situasi, orang-orang ata kelompok. Kalau yang timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka disebut sikap positif, sedangkan kalau perasaan tak senang maka disebut sikap negatif. Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa memperlihatkan tindakan yang tertentangan dengan sikapnya. Dalam hal ini, sikap positif wanita terhadap pentingnya deteksi dini kanker leher rahim, belum tentu akan diikuti dengan perilaku yang positif yaitu melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Penelitian yang dilakukan oleh Purba, Evy, M, 2011 menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pemeriksaan pap smears pada PUS yaitu sebanyak 65,3%.

·         Keterjangkauan sumber daya kesehatan

Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Seperti halnya pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA tentulah memerlukan sarana dan prasarana seperti puskesmas, tenaga kesehatan terlatih, alat-alat pemeriksaan dan lain-lain. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. Kemudahan akses atau keterjangkauan jarak ketempat pelayanan pemeriksaan, sebagai faktor pemungkin yang memungkinkan seseorang untuk melaksanakan suatu motivasi.

·         Keterpaparan informasi / media massa

Pernah diterima atau tidaknya informasi tentang kesehatan oleh masyarakat akan menentukan perilaku kesehatan masyarakat tersebut. Informasi dapat diterima melalui petugas langsung dalam bentuk penyuluhan, pendidikan kesehatan, dari perangkat desa melalui siaran dikelompok-kelompok dasawisma atau yang lain, melalui media massa, leaflet, siaran televisi dan lain-lain. Perilaku deteksi dini pada WUS juga dipengaruhi apakah wanita tersebut sudah pernah mendapat informasi tentang hal tersebut atau belum. Keterpaparan individu terhadap informasi kesehatan akan mendorong terjadinya perilaku kesehata.

·         Dukungan Suami /Keluarga

Petugas kesehatan sebagai salah satu yang yang berpengaruh dan dianggap penting oleh masyarakat sangat berperan dalam terjadinya perilaku kesehatan pada masyarakat. Peran petugas kesehatan disini adalah memberikan pengetahuan tentang kanker leher rahim dan pentingnya deteksi dini, memberikan motivasi kepada wanita yang sudah menikah untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim.

·         Dukungan Petugas Kesehatan

Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Ada beberapa macam kader yang dibentuk sesuai dengan keperluan menggerakkan partisipasi masyarakat atau sasarannya dalam program pelayanan kesehatan. Salah satunya adalah kader promosi kesehatan. Kader promosi kesehatan adalah kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan penyuluhan kesehatan secara perorangan maupun dalam kelompok masyarakat. Sebagai kader harus bisa member contoh dan bisa menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang di data melalui penemuan-penemuan rutin dan pelatihan-pelatihan kesehatan di tingkat desa, puskesmas maupun dinas kesehatan. Peran aktif dari kader dapat mempengaruhi mau atau tidaknya seseorang untuk melakukan pemeriksaan IVA.

·         Motivasi

Motivasi adalah proses yang berperan pada intensitas, arah dan lamanya berlangsung upaya individu kearah pencapaian saran. Motivasi WUS adalah suatu keadaan atau dorongan yang dapat mempengaruhi WUS untuk melakukan pemeriksaan IVA. Seseorang yang termotivasi melakukan pemeriksaan IVA maka dia sadar tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi wanita, yang selanjutnya merasa tertarik  dan akan menimbaik baik buruknya yang selanjutnya akan melakukan pemeriksaan IVA dan mendukung pemeriksaan IVA.

Referensi :

Depkes RI (2009). Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Jakarta : Bakti Husada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar