A.
Pengertian
Motivasi Berprestasi
Menurut Santrock (2003), motivasi
berprestasi itu adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu demi tercapainya
suatu standar kesuksesan atau melakukan usaha dengan tujuan untuk mendapatkan
suatu kesuksesan. Sedangkan menurut McClelland dan
Atkinson (dalam Djiwandono, 2002), motivasi yang paling penting untuk
seseorang mendapatkan prestasi yang baik adalah motivasi berprestasi, dimana
seseorang cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih kegiatan yang
berorientasi untuk tujuan kesuksesan.
Atkinson dan Raynor (dalam Santrock, 2003)
menambahkan bahwa seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi,
memiliki harapan untuk sukses yang lebih besar daripada ketakutan akan
kegagalan, serta tekun pada setiap usahanya ketika menghadapi tugas dan keadaan
yang sulit.
Lebih jauh, menurut Hawadi
(2001), motivasi berprestasi adalah daya penggerak dalam diri untuk mencapai
prestasi sesuai dengan yang ditetapkan oleh individu itu sendiri. Hawadi (2001)
menambahkan bahwa seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan
menampilkan tingkah laku yang berbeda dengan orang yang memiliki motivasi
berprestasi yang rendah.
B.
Karakteristik
atau Ciri-ciri Motivasi Berprestasi
Beberapa penelitian
memaparkan karakteristik motivasi berprestasi. Karakteristik motivasi
berprestasi tersebut adalah :
- Pemilihan Tugas
a. Tingkat Kesulitan Tugas
Individu yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi biasanya mempunyai kecenderungan untuk berorientasi pada
tugas (McClelland, 1987; Morgan dkk, 1987). Mereka memilih tugas yang memiliki
kesulitan yang sedang daripada tugas yang memiliki tingkat kesulitan tinggi
atau rendah (Santrock, 2001; Kingston & White, dalam Setiawati, 1996).
Mereka mempunyai tujuan yang realistic dengan derajat kesukaran yang sedang
dimana memungkinkan mereka untuk berhasil. (McCleland & Winter, dalam
McCleland, 1987).
b. Tugas-tugas yang Menantang
Individu yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi senang dengan tugas-tugas yang menantang (Enggen &
Kauchak, 1997; Parson dkk, 2001). Sebaliknya, individu yang memiliki motivasi
berprestasi rendah menghindari tugas-tugas yang menantang (Eggen & Kauchak,
1997). Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mencari tugas-tugas
yang menantang dimana mereka merasa tugas tersebut dapat mereka selesaikan
dengan usaha dan ketekunan (Ormrod, 2003).
c. Tugas-tugas yang memperlihatkan
keunggulan
Individu ini lebih mencoba untuk
mengerjakan dan menyelesaikan lebih banyak tugas serta tertarik dalam memilih
tugas dalam persaingan dimana mereka berkesempatan untuk bersaing dengan orang
lain karena situasi persaingan terdapat kemungkinan untuk melebihi orang lain.
(McClelland, 1987).
- Kebutuhan akan Umpan Balik
Untuk karakteristik ini, seorang
individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dapat menerima dan
menginginkan umpan balik yang bersifat korektif (Eggen & Kauchak, 1997:
Parson dkk, 2001). Mereka memperhatikan umpan balik konkrit dari bagaimana cara
mereka mengerjakan tugas dimana umpan balik ini selanjutnya akan dipergunakan
untuk memperbaiki prestasinya. (McClelland & Winter, dalam McClelland,
1987).
- Ketangguhan dalam Mengerjakan Tugas
Individu dengan motivasi berprestasi
tinggi selalu berusaha mengatasi rintangan untuk mendapatkan apa yang mereka
inginkan (Kingson & White, dalam Setiawati, 1996). Mereka gigih dalam
mengejar waktu yang mereka sudah tetapkan untuk mengerjakan tugas-tugas yang
sulit dan gigih untuk bekerja dengan baik (Santrock, 2001; Parson dkk, 2001).
- Pengambilan Tanggung Jawab
Individu yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi mempunyai kecenderungan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
dikerjakannya (McClelland, 1987). Mereka bertanggung jawab terhadap
permasalahan yang mereka hadapi (Morgan dkk, 1987).
- Penambahan Usaha-usaha tertentu
Individu yang memiliki motivasi
berprestasi rendah biasanya melakukan usaha-usaha kecil dalam menghadapi ujian
atau tugas yang mereka hadapi (Eggen & Kauchak, 1997). Individu dengan
motivasi berprestasi tinggi cenderung untuk memperbesar usahanya agar berhasil
(Pintrich & Schunk, 1996).
- Prestasi yang Diraih
Individu dengan motivasi berprestasi
rendah mempunyai standar nilai yang rendah, sedangkan individu dengan motivasi
berprestasi tinggi memiliki standar nilai yang tinggi (Eggen & Kauchak,
1997). Individu dengan motivasi berprestasi tinggi menetapkan standar kemampuan
yang lebih tinggi begitu standar yang terdahulu dapat dilampaui. (Ormrod,
2003).
- Kepuasan dalam Mengerjakan Tugas
Individu yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi merasa berhasil dan merasa puas apabila telah mengerjakan
tugas (McClelland & Winter, dalam McClelland, 1987; Morgan dkk, 1987).
Mereka merasa puas apabila telah melakukan tugas dengan sebaik mungkin secara
umum didasarkan pada keunggulan yang ditetapkan oleh dirinya sendiri (Kingston
& White, dalam Setiawati, 1996).
- Ketakutan akan Kegagalan
Individu dengan motivasi berprestasi
tinggi memiliki harapan untuk sukses yang lebih kuat daripada ketakutan akan
kegagalan (Ormrod, 2003). Sedangkan individu dengan motivasi berprestasi rendah
cenderung merasakan ketakutan akan kegagalan dan melakukan perlindungan dari
perasaan malu pada saat melakukan kegagalan (Eggen & Kauchah, 1997).
C.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
McClelland (dalam
Siregar ,2006) menyebutkan
ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang, yaitu
:
1. Keluarga
Motivasi berprestasi seseorang dapat
dipengaruhi oleh lingkungan sosial seperti orangtua dan teman (Eastwood, 1983). Sedangkan McClelland
dalam Schultz & Schultz (1994) mengatakan bahwa bagaimana cara
orangtua mengasuh anak berpengaruh terhadap motivasi berprestasi anak.
2. Konsep Diri
Konsep diri merupakan bagaimana
seseorang berfikir mengenai dirinya sendiri. Apabila individu percaya bahwa
dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka individu akan termotivasi untuk
melakukan hal tersebut sehinggah berpengaruh dalam bertingkah laku.
3. Jenis Kelamin
Prestasi yang tinggi biasanya
diidentifikasikan dengan maskulinitas, sehinggah banyak para wanita belajar
tidak maksimal khususnya jika wanita tersebut berada diantara para pria, yang
menurut Stein & Bailey (dalam Fernald &
Fernald, 1999) sering disebut sebagai motivasi menghindari kesuksesan.
4. Pengakuan dan Prestasi
Individu akan lebih termotivasi untuk
bekerja lebih keras apabila dirinya merasa diperdulikan, dihargai atau diperhatikan oleh orang lain serta
dirinya mendapatkan prestasi yang baik.
D.
Pengukuran
Motivasi Berprestasi
Ada berbagai macam cara
yang dapat dilakukan dalam mengukur tingkat motivasi berprestasi dari
seseorang. Morgan, King, Weisz, dan Schopler (1986) menyebutkan bahwa alat ukur
yang paling sering dipergunakan adalah :
1. Tes Proyeksi
Pengukurannya yaitu
dengan cara menyimpulkan tema dari cerita yang dibuat oleh individi berdasarkan
gambar yang diperlihatkan kepadanya. Adapun tes proyeksi ini yang paling
terkenal dalam mengukur motivasi berprestasi yaitu Thematic Apperception
test (TAT) dari McClelland yang merupakan modifikasi dari Murray.
2. Kuesioner
Alat ini terdiri atas sejumlah
pernyataan atau pertanyaan tentang apa yang akan dilakukan atau apa yang lebih
suka dilakukan oleh individu.
3. Observasi tingkah laku dalam situasi
tertentu
4. Analisa karya seni atau literatur dari
tulisan individu yang bersangkutan.
Dari beberapa alat ukur
yang telah diutarakan diatas, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan
alat ukur berupa kuesioner dalam bentuk skala. Adapun kuesioner ini sendiri merupakan
suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan atau pernyataan mengenai
suatu hal dalam suatu bidang untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari
para responden dalam suatu penelitian (Koentjaraningrat, dalam Oktarina, 2002).