Senin, 03 Februari 2014

KONSEP DASAR MOTIVASI BERPRESTASI


A.   Pengertian Motivasi Berprestasi
Menurut Santrock (2003), motivasi berprestasi itu adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu demi tercapainya suatu standar kesuksesan atau melakukan usaha dengan tujuan untuk mendapatkan suatu kesuksesan. Sedangkan menurut McClelland dan Atkinson (dalam Djiwandono, 2002), motivasi yang paling penting untuk seseorang mendapatkan prestasi yang baik adalah motivasi berprestasi, dimana seseorang cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih kegiatan yang berorientasi untuk tujuan kesuksesan.
Atkinson dan Raynor (dalam Santrock, 2003) menambahkan bahwa seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, memiliki harapan untuk sukses yang lebih besar daripada ketakutan akan kegagalan, serta tekun pada setiap usahanya ketika menghadapi tugas dan keadaan yang sulit.
Lebih jauh, menurut Hawadi (2001), motivasi berprestasi adalah daya penggerak dalam diri untuk mencapai prestasi sesuai dengan yang ditetapkan oleh individu itu sendiri. Hawadi (2001) menambahkan bahwa seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan menampilkan tingkah laku yang berbeda dengan orang yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah.
B.   Karakteristik atau Ciri-ciri Motivasi Berprestasi
Beberapa penelitian memaparkan karakteristik motivasi berprestasi. Karakteristik motivasi berprestasi tersebut adalah :
  1. Pemilihan Tugas
a.    Tingkat Kesulitan Tugas
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi biasanya mempunyai kecenderungan untuk berorientasi pada tugas (McClelland, 1987; Morgan dkk, 1987). Mereka memilih tugas yang memiliki kesulitan yang sedang daripada tugas yang memiliki tingkat kesulitan tinggi atau rendah (Santrock, 2001; Kingston & White, dalam Setiawati, 1996). Mereka mempunyai tujuan yang realistic dengan derajat kesukaran yang sedang dimana memungkinkan mereka untuk berhasil. (McCleland & Winter, dalam McCleland, 1987).
b.    Tugas-tugas yang Menantang
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi senang dengan tugas-tugas yang menantang (Enggen & Kauchak, 1997; Parson dkk, 2001). Sebaliknya, individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah menghindari tugas-tugas yang menantang (Eggen & Kauchak, 1997). Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mencari tugas-tugas yang menantang dimana mereka merasa tugas tersebut dapat mereka selesaikan dengan usaha dan ketekunan (Ormrod, 2003).
c.    Tugas-tugas yang memperlihatkan keunggulan
Individu ini lebih mencoba untuk mengerjakan dan menyelesaikan lebih banyak tugas serta tertarik dalam memilih tugas dalam persaingan dimana mereka berkesempatan untuk bersaing dengan orang lain karena situasi persaingan terdapat kemungkinan untuk melebihi orang lain. (McClelland, 1987).
  1. Kebutuhan akan Umpan Balik
Untuk karakteristik ini, seorang individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dapat menerima dan menginginkan umpan balik yang bersifat korektif (Eggen & Kauchak, 1997: Parson dkk, 2001). Mereka memperhatikan umpan balik konkrit dari bagaimana cara mereka mengerjakan tugas dimana umpan balik ini selanjutnya akan dipergunakan untuk memperbaiki prestasinya. (McClelland & Winter, dalam McClelland, 1987).
  1. Ketangguhan dalam Mengerjakan Tugas
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi selalu berusaha mengatasi rintangan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan (Kingson & White, dalam Setiawati, 1996). Mereka gigih dalam mengejar waktu yang mereka sudah tetapkan untuk mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan gigih untuk bekerja dengan baik (Santrock, 2001; Parson dkk, 2001).
  1. Pengambilan Tanggung Jawab
Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi mempunyai kecenderungan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dikerjakannya (McClelland, 1987). Mereka bertanggung jawab terhadap permasalahan yang mereka hadapi (Morgan dkk, 1987).
  1. Penambahan Usaha-usaha tertentu
Individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah biasanya melakukan usaha-usaha kecil dalam menghadapi ujian atau tugas yang mereka hadapi (Eggen & Kauchak, 1997). Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung untuk memperbesar usahanya agar berhasil (Pintrich & Schunk, 1996).
  1. Prestasi yang Diraih
Individu dengan motivasi berprestasi rendah mempunyai standar nilai yang rendah, sedangkan individu dengan motivasi berprestasi tinggi memiliki standar nilai yang tinggi (Eggen & Kauchak, 1997). Individu dengan motivasi berprestasi tinggi menetapkan standar kemampuan yang lebih tinggi begitu standar yang terdahulu dapat dilampaui. (Ormrod, 2003).
  1. Kepuasan dalam Mengerjakan Tugas
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi merasa berhasil dan merasa puas apabila telah mengerjakan tugas (McClelland & Winter, dalam McClelland, 1987; Morgan dkk, 1987). Mereka merasa puas apabila telah melakukan tugas dengan sebaik mungkin secara umum didasarkan pada keunggulan yang ditetapkan oleh dirinya sendiri (Kingston & White, dalam Setiawati, 1996).
  1. Ketakutan akan Kegagalan
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi memiliki harapan untuk sukses yang lebih kuat daripada ketakutan akan kegagalan (Ormrod, 2003). Sedangkan individu dengan motivasi berprestasi rendah cenderung merasakan ketakutan akan kegagalan dan melakukan perlindungan dari perasaan malu pada saat melakukan kegagalan (Eggen & Kauchah, 1997).



C.   Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
McClelland (dalam Siregar ,2006) menyebutkan ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang, yaitu :
1.    Keluarga
Motivasi berprestasi seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial seperti orangtua dan teman (Eastwood, 1983). Sedangkan McClelland dalam Schultz & Schultz (1994) mengatakan bahwa bagaimana cara orangtua mengasuh anak berpengaruh terhadap motivasi berprestasi anak.
2.    Konsep Diri
Konsep diri merupakan bagaimana seseorang berfikir mengenai dirinya sendiri. Apabila individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka individu akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut sehinggah berpengaruh dalam bertingkah laku.
3.    Jenis Kelamin
Prestasi yang tinggi biasanya diidentifikasikan dengan maskulinitas, sehinggah banyak para wanita belajar tidak maksimal khususnya jika wanita tersebut berada diantara para pria, yang menurut Stein & Bailey (dalam Fernald & Fernald, 1999) sering disebut sebagai motivasi menghindari kesuksesan.
4.    Pengakuan dan Prestasi
Individu akan lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras apabila dirinya merasa diperdulikan, dihargai  atau diperhatikan oleh orang lain serta dirinya mendapatkan prestasi yang baik.
D.   Pengukuran Motivasi Berprestasi
Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan dalam mengukur tingkat motivasi berprestasi dari seseorang. Morgan, King, Weisz, dan Schopler (1986) menyebutkan bahwa alat ukur yang paling sering dipergunakan adalah :
1.    Tes Proyeksi
Pengukurannya yaitu dengan cara menyimpulkan tema dari cerita yang dibuat oleh individi berdasarkan gambar yang diperlihatkan kepadanya. Adapun tes proyeksi ini yang paling terkenal dalam mengukur motivasi berprestasi yaitu Thematic Apperception test (TAT) dari McClelland yang merupakan modifikasi dari Murray.
2.    Kuesioner
Alat ini terdiri atas sejumlah pernyataan atau pertanyaan tentang apa yang akan dilakukan atau apa yang lebih suka dilakukan oleh individu.
3.    Observasi tingkah laku dalam situasi tertentu
4.    Analisa karya seni atau literatur dari tulisan individu yang bersangkutan.
Dari beberapa alat ukur yang telah diutarakan diatas, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan alat ukur berupa kuesioner dalam bentuk skala. Adapun kuesioner ini sendiri merupakan suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan atau pernyataan mengenai suatu hal dalam suatu bidang untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para responden dalam suatu penelitian (Koentjaraningrat, dalam Oktarina, 2002).